Alkisah, pada jaman Yunani kuno. Narcissus adalah seorang dewa yang memiliki wajah yang super ganteng. Hasil kolaborasi dari bokapnya Cephissus, dewa sungai dan nyokapnya yang seorang peri, Liriope. Bukan hanya perempuan, peri dan malaikat kagum pada wajahnya, laki-laki dan dewa memuja ketampanannya. Karena kelebihan yang dipunyainya Narcissus menjadi semakin sombong, kebanggaan yang berlebihan membuatnya bahkan lebih arogan. Ketika Narcissus masih kecil, seorang peramal, Tiresias berkata kepada kedua orang tuanya bahwa anak mereka akan berumur panjang apabila tidak melihat dirinya sendiri.
Narcissius tumbuh jadi ABG yang ganteng, banyak yang falling in love ama tuh cowok, tapi tak seorang pun yang dibalas cintanya. Alkisah, Echo seorang ABG peri cantik jelita. Pada laporan pandangan mata, Echo senasib ama perempuan lainnya, jatuh hati sama tuh cowok ketika lagi jalan-jalan di hutan. Hanya saja Echo tidak berani ngobrol ama tuh cowok karena malu. Tuh cewek hanya berani mengagumi Narcissius dari kejauhan, di balik semak-semak (ato sesekali manjat pohon *vesi gue). Saking terobsesi sama Narcissius, ia mengikuti kemanapun cowok ganteng itu pergi (semoga dia gak ngikut ke toilet juga).
Sadar Narcissus di kuntit saban hari, dia jadi jengkel. “Elo ngapain sih nguntit gue tiap hari? Gak ada kerjaan napa?” Narciccus nyolot. Melihat itu Echo shock setengah mati. Seumur-umur dia belum pernah dibentak-bentak orang, apalagi sama cowok ganteng. Badannya tiba-tiba mengecil, mengecil jadi sekecil upil. Dia berlari ke pantai lalu hutan trus nangis sesunggukan dibawah pohon duren.
Jerit tangis Echo (halaah.. dah kayak kuntilanak aja) terdengar sama Dewi Nemmesis yang lagi jogging sore, karena penasaran ia mendekati dimana arah suara itu muncul. Mendengar curcol Echo, sang dewi marah besar lalu mengutuk Narcissus supaya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri.
Dan seperti yang sudah diramalkan Teresias, kutukan tersebut akhirnya menjadi kenyataan. Suatu hari Narcissius berhenti di sebuah telaga, karena kehausan Ia pun meminum airnya untuk melepas dahaga. Permukaan telaga yang begitu tenang layaknya semesta terpantul sempurna bak cermin pada permukaannya. Saat Narcissus berlutut untuk mengambil air, seketika itu juga ia melihat bayang dirinya di telaga itu. Narcissus kaget dan terkagum-kagum dengan sosok yang terlihat dari pantulan air di telaga itu. Sama sekali tidak menyadari bahwa wajah itu adalah miliknya.
Seakan tak pernah puas memandangi pantulan wajah ganteng di permukaan telaga itu. Ia lalu berusaha menyentuh pantulan wajahnya sendiri seakan ingin memeluk dan menciuminya. Namun bayang wajah itu kemudian hilang ketika wajahnya hampir bersentuhan dengan permukaannya. Berulang-ulang ia berusaha tapi tetap saja kejadian yang sama terulang. Kesal dan putus asa, Narcissus tidak beranjak dari telaga, tetap berlutut memandangi pantulan wajahnya sendiri. Hari pun berganti minggu, Narcissus masih saja tak beranjak dari telaga, hingga tubuhnya semakin melemah hingga malaikat mautpun menjemputnya.
Gue ceritain lagi kisah itu, biar cowok-cowok ganteng yang sombong ama jaimnya setingkat dewa pada nyebur aja ke kolam trus dicipokin ama gurameh. Secara gue yang cantik begini dianggurin. Dilirik aja kagak, apa lagi disapa. #nyesek.
Selain itu gue juga pengen buat semacam testimoni (biar kayak pejabat-pejabat disono itu) bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu… eh maksudnya narsis itu kagak serem-serem amat kaleeee… Asalkan pada tahu aja tempat & cara mengekspresikannya. Gue cuman sedih aja tiap kale ada berita dikoran ama di tipi-tipi ada kabar klo ABG-ABG seumuran kita ini pada bugil depan kamera, lagi asik bersyur-syur ria ama pasangannya trus direkam. Yang bikin nambah sakit tuh, artis-artis yang seharusnya jadi idola malah punya kelakuan ‘narsis’ yang amit-amit bejatnya kagak ketulungan, kayak peterporn misalnya (sori, gue esmosi mpe di ubun-ubun). Emang kagak ada kamera yang lebih bagus apa? Trus sebelum beradegan harusnya dibuat storyboard, kameramen yang handal, ada sutradaranya gitu biar lebih keren. Ehhh….
Gue juga sadar kok, sebegitunya menderita klo gak bisa eksis tuh. Gue tau gimana rasanya sakit ketika temen-temen yang seharusnya jadi temen main malah pada ngehindar, gak mau deket-deket, padahal gue 3 kali sehari mandi, pake sabun yang wangi lagi. Gue tau gimana sakitnya curhat-curhatan ama boneka kesayangan yang bisanya cuma diem aja. Seenak-enaknya durian montong, gak bakalan enak klo cuma dimakan sendirian.
Gue tau gimana rasanya sakit banget klo punya hobi sebagai secret admirer. Bersembunyi di dalam kegelapan, diam-diam memperhatikan gerak-gerik yang diidamkan ketika ia berjalan, mencuri pandang dalam-dalam ke wajahnya yang memang sejuk dipandang. Bukannya gue gak punya nyali, gue rasa itu cuma satu-satunya jalan yang paling aman biar gue gak semakin dipermalukan. Gak salahkan? GAK SALAHKAN?
Sampai sekarang gue binggung kalo suruh menghitung berapa banyak ‘korban’ yang jadi bahan pemujaan gue. Dari artis luar negeri, artis dalam negeri, sampai temen gue sendiri. Gue tahu gimana rasanya hati ini dibikin jungkir balik bergetar tak karuan walau cuman sekadar liat photo, denger gosipnya, apalagi berpapasan aja. Tapi sesakit apapun itu, gue menikmati.
Saking menikmati rasa itu, gue malahan jauh lebih siap buat patah hati, daripada harus memegang tanggung jawab dan komitmen ketika gue nerima ditembak cowok. Gue jauh lebih kuat kalau sang idaman lebih milih sahabat karib gue dari pada gue sendiri. Sesekali gue nangis dipojok kamar trus merangkak menuju shower dan keramas sepuasnya. Rasa sakit itu ilang seketika di bawa air yang masuk ke got, trus dibawa ke sungai lalu menghilang bersama asinnya air laut. Dan di momen itu, gue kembali jadi gue sendiri.
Well… Pada akhirnya gue sadar, memang tidak semua hal dalam diri gue yang disukai oleh orang lain. But, actually… It’s okay! Dan adalah tidak mungkin bisa memuaskan keinginan semua orang disekitar gue. And then, I’m back… Menjadi kunti persis seperti semula. Tanpa rasa takut gak disukai sama genk sekolah, bahkan mungkin semua orang. (Hei, who am I? Just a little girl who have big dream).